Membumikan alat mesin panen padi moderen
Alat
pertanian moderen sedang dibutukan oleh petani. Bantuan dari pemerintah
masih terbatas. Apalagi ketika sedang musim panen padi tiba. Yang jelas
percepatan tanam dan panen perlu didukung peralatan moderen.Melalui kelompok tani, ke depan diharapkan mampu memiliki peralatan moderen secara swadaya. Sebab itu bagian dari inovasi dan teknologi pertanian.
Sebut saja, Mini Combine Harvester (MICO), alat mesin panen padi tersebut sangat memiliki keunggulan dan kemampuan. Yaitu kerja mesin menggabungkan teknologi, angkut, rontok, pembersihan, sortasi, pengantongan dalam atau proses kegiatan yang terkontrol.
Kemudian, proses kegiatan panen yang tergabung dan terkontrol menyebabkan susut hasil yang terjadi hanya sebesar 1,87 persen atau berada di bawah rata-rata susut hasil metode “Threser/Dos” sekitar 10 persen.
Mini Combine Harvester memiliki tingkat kebersihan gabah panen yang dihasilkan mencapai 99,5 persen.
Selanjutnya, mesin panen padi dioperasikan oleh seorang operator dan seorang yang membantu untuk menggantikan tenaga panen sekitar 50 HOK/ha, dan kapasitas kerja mesin mencapai 5 jam per hektar (bagi perator yang sudah ahli), sedangkan untuk operator yang pemula membutuhkan waktu hingga 10 jam atau setara 5 ton GKP.
Kepala UPTD Dinas Pertanian Perkebunan Perternakan dan Perikanan (Dintanbunnakikan) Kacamatan Blora Sukaryo, SP mengungkapkan pemerintah telah memberi bantuan mesin panen padi Mini Combine Harvester di wilayah kecamatan Blora sejumlah dua (2) unit. Padahal, jumlah kelompok tani di kecamatan Blora sebanyak 124 kelompok.
‘’Untuk pemeliharaan dan pengaturan penggunaan dua unit mesin panen padi, kami titipkan di Kelurahan Jetis dan Desa Kamolan. Kami persilahkan diatur secara bergiliran,” ungkap Sukaryo, di Blora, Rabu (06/04).
Ke depan, melalui unit penyedia jasa, setelah dikenalkan alat itu, kelompok tani bisa memiliki secara swadaya.
Padahal, harga satu unit Mini Combine Harvester berkisar Rp. 78 juta.
Mengingat padi siap panen di wilayah tersebut hampir bersamaan, saat ini kebanyakan petani memilih menggunakan mesin perontok. Sedangkan batang padinya dipotong terlebih dulu.
“Tentu saja kami juga membutuhkan, berharap pula mendapat bantuan,” ujar pengurus Gapoktan Ngalab Berkah Desa Jepangrejo, Karyadi. (DPPKKI Kab Blora).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar